widgets
Untuk lebih Detil Klik >> Penawaran Produk dan Jasa
Showing posts with label Wisata Budaya Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Wisata Budaya Indonesia. Show all posts

INDAHNYA BANDA NAIRA

Cantiknya pulau-pulau di Indonesia timur memang sangat terkenal hingga mancanegara. Sebuah pulau yang terletak di bagian tenggara pulau Ambon, yaitu pulau Neira adalah salah satunya. Kekayaan alamnya berupa buah pala membuat para penjajah mendatanginya.
Pulau ini termasuk dalam Kepulauan Banda dan hanya terdapat satu kota di kepulauan tersebut, yaitu Banda Neira. Untuk dapat mencapainya memang membutuhkan waktu cukup lama, tetapi itu semua akan terbayar saat melihat keindahan pulaunya.
Kota Banda Neira ini tidak terlalu luas. Anda bisa mengitari pulau dengan naik becak, perahu atau ojek. Sambil menikmati keindahan pulau, ada beberapa tempat sejarah yang wajib didatangi salah satunya adalah Istana Mini Banda Neira.
Istana tersebut merupakan tempat tinggal Gubernur Jendral VOC JP. Coen. Bentuk istana tersebut ternyata merupakan cikal bakal bentuk Istana Negara yang ada di Jakarta. Dilihat dari depan, memang sama dengan bentuk Istana Negara tetapi versi mini.
Selain cerita sejarah pemerintahan JP. Coen, di dalamnya juga terdapat cerita misteri. Menurut pemandu wisata, JP. Coen dulu memiliki seorang pembantu yang bernama Spock. Sang pembantu ini merasa tertekan tinggal di pulau terpencil dan depresi. Hal ini membuat Spock bunuh diri.

SEJARAH UANG KERTAS BANGSA EROPA DIMULAI DARI BANDA

Satu lagi kilas  balik sejarah yang menempatkan Banda sebagai kota paling bersejarah di indonesia yaitu : sejarah penggunaan Uang kertas pertama di indonesia berawal dari banda, hal ini pula yang mengilhami penerbitan uang kertas moderen bangsa eropa lainnya seperti  Swedia 1661, Inggris 1694, Norwegia 1695, Perancis 1701.


Masa awal perkembangan uang kertas di Indonesia tak lepas dari pengaruh imperialisme asing (Belanda, Inggris, dan Jepang). Sejak kedatangan bangsa-bangsa asing, terutama para pedagang yang memperkenalkan berbagai jenis mata uang logam asing sebagai alat pembayaran dalam perdagangan dengan penduduk setempat sampai pengedaran mata uang logam khusus berlaku di kepulauan Nusantara 1602-1799, tidak dipergunakan uang kertas. Meskipun kertas telah dikenal di Indonesia pada abad XVII, sumber-sumber tertulis asing terutama dari bangsa Belanda dengan perwakilan dagang dan kekuasaannya Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) 1602–1799 tidak pernah menyebutkan penggunaan uang kertas tetapi uang logam sebagai alat pembayaran utama di kepulauan Nusantara.
.
Terkecuali, satu-satunya sumber tertulis Belanda yang melaporkan penerbitan uang kertas darurat oleh penguasa VOC di Pulau Banda pada Tahun 1659, dikarenakan kesulitan uang kecil dari bahan logam. Beberapa waktu setelah pengeluaran uang kertas karton darurat Kota Leiden 1576 dan saham pertama VOC di dunia 1606. Uang kertas Banda 1659 ini mendahului penerbitan uang kertas modern bangsa-bangsa barat: Swedia 1661, Inggris 1694, Norwegia 1695, Perancis 1701.
.
Selama masa kekosongan yang panjang (1659-1782) Bank pertama Bataviaasch Bank Courant (1746) dan Bank Van Leening mengeluarkan surat-surat bank dalam berbagai pecahan (1748-1752). Beberapa Tahun sebelum pembubarannya, VOC menyadari perlunya alat pembayaran dari kertas untuk transaksi besar yang dikenal sebagai “Surat Hutang Kompeni” (Compagnie Kredietbrieven) pada Tahun 1782. Instrumen moneter ini sering dianggap sebagai uang kertas pertama di Indonesia. Pada waktu yang hampir bersamaan penguasa VOC di Ceylon (Srinlanka) juga menerbitkan instrumen sejenis pada Tahun 1785 dan seterusnya. Uang “Surat Hutang Kompeni 1782” Ini beredar dalam jumlah hampir tidak terbatas sehingga turun nilainya menjadi 85%. Antara Tahun 1782-1799, VOC mengeluarkan beberpa emisi surat Hutang (Kredietbrieven) dengan pecahan berbeda-beda. Pemalsuan atas surat Hutang 1782 ini merupakan yang pertama kali di Indonesia.

Source (blog-apa-aja.blogspot.com) : Sejarah Uang Kertas Di Negara Kita, Masuk Gan !!


banda-naira.blogspot.com

GENOSIDA RAKYAT BANDA

 Pala menjadi berkah sekaligus bencana bagi orang Banda, yang dibunuh dan terusir dari tanah airnya.

PADA 8 April 1608, Laksmana Pieterszoon Verhoeven, bersama 13 kapal ekspedisi tiba di Banda Naira. Perintah Heeren Zeventien, para direktur VOC di Amsterdam, sebagaimana ditulis Frederik W.S., Geschiedenis van Nederlandsch Indie, kepada Laksamana Pieterszoon Verhoeven: "Kami mengarahkan perhatian Anda khususnya kepada pulau-pulau di mana tumbuh cengkeh dan pala, dan kami memerintahkan Anda untuk memenangi pulau-pulau itu untuk VOC, baik dengan cara perundingan maupun kekerasan."

Sejak lama Banda dikenal sebagai penghasil utama pala (Myristica fragrans). Bunganya yang dikeringkan disebut “fuli”.  Bunga ini membungkus daging buah pala. Sejak dulu pala dan fuli dimanfaatkan untuk rempah-rempah, yang mengundang bangsa Eropa untuk datang.

RAYUAN PULAU BANDA

Alhamdullilah ' untuk anda yang terlahir di surga indonesia timur,.. koleksi gambar di bawah ini hasil jepretan Donang Wahyu semuanya tentang banda yang diposting ke koran kompas english edition,.. eksotisme Banda naira bah sebuah rayuan yang membuat mulut terkunci, mata berbinar, hati yang damai...









sumber : http://donang-wahyu.blogspot.com

Paradise Island Banda Naira

"Bangsa Portugis yang tiba di Banda 1611 mengira merekalah yang pertama kali menemukan Spice Island (Pulau Rempah). Ternyata bangsa Moro telah berdagang di Banda selama 100 tahun yang lalu. Seperti halnya orang Portugis, ketika bangsa Morobpertama kalinya menginjakkan kakinya di Banda, mereka mengira merekalah yang pertama tiba di pulau ini. Dari dialog dengan orang-orang Cina di Banda, ternyata orang Cina telah berdagang di Banda 600 tahun sebelumnya. Itu berarti sejak awal abad ke sepuluh Banda Naira telah menarik bangsa-bangsa di dunia untuk berkompetisi, di mana buah pala (Myristica fragrans) sebagai komoditas utamanya sudah dikenal sejak masa Romawi."

Kutipan pendek dari buku "Sejarah Banda Naira" oleh Des Alwi-tokoh kelahiran Banda Naira sekaligus saksi sejarah-adalah referensi yang baik sejarah pulau-pulau di tenggara Ambon ini. Akan sangat lebih baik bila anda datang langsung karena Banda Naira memang layak dikunjungi. Sejarah bangsa banyak terukir di sana, keindahan alamnya tidak cukup dikatakan indah tetapi megagumkan.

Bangsa-bangsa lain di dunia mengenal pulau-pulau di Maluku sebagai Spice Islands atau Pulau Rempah karena menjadi pemasok utama pala, bunga pala dan cengkih di dunia. Sejak abad ke-15 dan empat abad lamanya Portugis,Inggris dan Belanda bergantian saling berperang menguasainya.

Gugusan kepulauan Banda Naira di Maluku terbentang di Laut Banda, terdiri dari Naira, Banda Besar, Gunung Api, Ai, Run, Hatta (Rosengain), Sjahrir (Pulau Pisang), Nailaka, Manukang (Pulau Suanggi) dan Pulau Karaka. Tiga yang disebut terakhir tidak berpenduduk.

Manfaat Lebih Buah Pala


Pala merupakan tanaman multiguna dan komoditas ekspor Indonesia nonmigas utama ini kaya akan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Pala juga biasa digunakan sebagai obat diare, kembung, mual, serta untuk meningkatkan daya cerna dan selera makan.
Salah satu oleh-oleh khas yang wajib diburu kalau berlibur ke Banda Naira adalah manisan buah. Buah yang banyak diolah menjadi manisan adalah pala, Banda Naira, yang merupakan salah satu sentra produksi pala, manisan pala paling populer. Konon, manisan pala telah dikenal di Banda Naira sejak zaman Belanda, yaitu ketika petinggi-petinggi VOC banyak berdiam di kota Pala tersebut
Ada dua jenis manisan pala, yaitu manisan pala basah dan manisan pala kering. Selain sebagai manisan, daging buah pala juga dapat diolah menjadi jeli, sirop, dodol, chutney, selai, sari buah, wine, dan cider pala.

BANDA NEIRA DAN SAIL BANDA 2010


Banda Neira adalah gugusan pulau-pulau kecil yang terletak disebelah Tenggara pulau Ambon propinsi Maluku dan termasuk dalam wilayah kabupaten Maluku Tengah.
Di Indonesia ada tiga daerah yang menggunakan nama Banda didepan more picturenama daerah tersebut, seperti Banda Aceh di ujung utara Sumatera, Banda Neira di Maluku Tengah dan Banda Eli di Maluku Tenggara. Namun yang paling terkenal dengan sebutan nama “Banda”, hanyalah Banda Neira.


Banda Neira adalah kota tua yang penuh kenangan dan bagian dari sejarah dunia internasional yang tidak terlupakan. Neira adalah ibu kota kecamatan Banda, kota yang telah berumur lima abad, sebuah kota tua yang menyimpan misteri suka dan duka bagi semua penduduknya, kota yang oleh sejarawan asing disebut sebagai “een klein Europeesche Stad in Zuid-Oost Azie atau group dari kota-kota eropa yang dimiliki Asia Tenggara.


Buah pala sebagai komoditi utama kepulauan Banda, adalah legenda yang menyimpan rakhmat sekaligus petaka bagi orang Banda. Dalam perekonomian Dunia pada abad ke-15 sampai dengan awal abad ke-19 yang mengkonsentrasikan pada perdagangan rempah-rempah, ternyata buah pala telah mengangkat nama Banda sebagai kota internasional, sekaligus juga membawa orang Banda dalam petaka yang berkepanjangan. Semua penderitaan orang Banda pada saat itu berpangkal pada buah pala. Rakyat Banda menjadi korban-korban tak berdaya dalam tangan besi imperialis Belanda. Puluhan Ribu rakyat Banda dibantai oleh Jan Pieterszoon Coen dan pasukannya dalam aksi perampasan terhadap hak-hak rakyat Banda ketika itu. Tanpa Belanda sadari, sesungguhnya Coen telah menoreh sejarah negerinya dengan darah rakyat Banda yang tak berdaya itu. Pertanyaan kritis dari tulisan ini adalah apakah setelah Indonesia Merdeka, buah pala masih tetap menjadi petaka bagi orang Banda ?. Sulit bagi orang Banda untuk menjawabnya karena mereka tidak diberi otoritas untuk itu. Otoritas perkebunan pala di Banda ada ditangan Pemda Provinsi Maluku, karena mereka memiliki klaim sebagai pewaris perkebunan pala di Banda Neira. Oleh karena itu menjadi wajarlah jika pertanyaan diatas dijawab oleh Pemda Provinsi Maluku melalui Sail Banda yang bergengsi itu.


Pembantaian terhadap puluhan ribu rakyat Banda bersama 44 tokohnya tidak pernah terlupakan dalam benak semua anak negeri Banda dari generasi ke generasi, dan untuk mengingat tragedi kemanusiaan itu, tempat terjadinya The killing field tersebut, orang Banda membangun sebuah monument yang dikenal sebagai monument “Parigi Rantai”. Baik parigi rantai maupun benteng-benteng pertahanan Belanda yang tersebar di hampir seluruh kepulauan Banda serta rumah-rumah mewah peninggalan Belanda dan Inggris, bukan saja menjadi objek wisata yang menarik, tapi juga menjadi symbol penderitaan rakyat Banda selama ratusan tahun. Apakah penderitaan nenek moyangnya selama ratusan tahun itu juga harus diwariskan kepada anak cucu Banda dewasa ini?. Orang Banda hanya bisa menjawab, semoga anggaran Sail banda yang ratusan milyard itu dapat menjadi investasi jangka panjang bagi masa depan Banda dan masa depan rakyat Maluku, sehingga petaka buah pala berubah menjadi rakhmat melalui event internasional “Sail Banda 2010”.


Kalau saat ini, wilayah Timur Tengah menjadi rebut-rebutan negara-negara Barat karena kandungan minyak diperut buminya, maka pada sekitar akhir tahun 1500-an sampai dengan akhir tahun 1800-an, Banda Neira menjadi tempat rebut-rebutan bangsa Barat karena buah palanya. Berabad-abad bangsa Portugis, Belanda dan Inggris, secara bergantian atau bersama-sama menguasai Banda Neira, sampai pada akhirnya Jepang datang untuk menghancurkan semua apa yang ada di kota ini, kota yang memiliki bentuk sebagai een klein Europeesche Stad in Zuid-Oost Azie itu.


Tidak dapat disangkal bahwa Banda Neira memainkan peranan penting dalam percaturan ekonomi dan politik dunia international. Secara historis, peranan Banda Neira tersebut terbukti pada abad 17 di saat Belanda dan Inggris bertikai untuk memperluas wilayah kekuasaan, dan Batavia (Jakarta) dikorbankan menjadi sasaran penyerbuan justru Banda Neira menjadi pusat pertahanan dan pemukiman Gubernur Jenderal VOC. Di bidang Ekonomi juga terbukti bahwa begitu pentingnya Banda Neira pada saat itu sehingga Belanda bersedia menukar koloni Manhattan New York Amerika dengan pulau Rhun salah satu pulau dalam gugusan kepulauan Banda dengan Inggris. Sebagai kota internasional pada saat itu maka Banda Neira terbuka bagi siapa saja yang ingin mengunjunginya. Proses-proses asimilasi dan akulturasi terjadi sehingga etnik Banda dengan adat istiadatnya memiliki ciri tersendiri bila dibandingkan dengan etnik Maluku lainnya. Orang Banda dewasa ini adalah keturunan campuran dari berbagai etnik yang pernah lama bermukim di Banda Neira, seperti Portugis, Belanda, Inggris, Cina, Malayu, Arab Jawa, Sulawesi dan lain sebagainya. Proses inilah yang menjadikan etnik Banda Neira sebagai “etnik unik” dengan penampilan-penampilan yang lebih enak dipandang, serta memiliki perangai sebagai “etnik periang”, ramah, penuh persahabatan dengan prioritas proses assosiatif dalam kontak-kontak sosialnya. Sebagai etnik baru yang lahir dari percampuran unik dari berbagai etnik, menjadikan orang Banda sebagai manusia-manusia baru yang tahan uji dalam penderitaan suka bekerja keras dan memiliki sikap toleran dan kepasrahan yang luar biasa. Itulah sebabnya Bung Hatta (Wakil Presiden Pertama RI) yang pernah bermukim selama lima tahun di Banda Neira (1937-1942) menyatakan Orang Banda bagaikan miniaturnya bangsa Indonesia. Jika Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa sedang berproses menjadi sebuah bangsa baru, maka sesungguhnya orang Banda telah final menjadi sebuah suku bangsa baru dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia Baru yang dicita-citakan itu.


Orang Banda bukan saja indah perangainya, tetapi panorama alamnya juga memberikan ketenangan bagi siapa saja yang berkunjung ke sana. Seorang pakar kelautan dan arkeologi bawah laut berkebangsaan Prancis Jacques Causteau, mengatakan bahwa melihat Banda Neira seperti menemukan Surga baru, seakan berada di Surga Lapisan Ketujuh. Bagaimana tidak? Kepulauan Banda yang dalam peta Indonesia tergambar seperti “taburan beras hitam” disebelah Tenggara pulau Ambon itu, terdiri dari sepuluh pulai kecil dan besar, yang teramat indah, yang tumbuh diatas hamparan permadani Taman Laut Banda yang paling indah di dunia.


Sangat indah, sehingga Banda Neira menjadi impian pencinta laut dari berbagai penjuru dunia. Bahkan penjelajah Portugis Francisco Serrau dalam buku harian kapalnya menulis. “Kami berlayar dari Malaka pada 11 November 1511 pada musim bertiupnya angin Barat. Sewaktu meninggalkan Malaka kami tidak banyak membawa bekal karena perang dengan Sultan Melayu masih berlangsung. Ternyata dalam pelayaran dua bulan lebih itu bekal yang kami bawa habis. Untuk mempertahankan hidup terpaksa segala yang ada di kapal dijadikan makanan, termasuk kecoa, tikus kapal dan keju busuk. Setelah dua bulan berlayar, pada pertengahan Januari 1512, tibalah kami di kepulauan Banda Neira yang begitu indah. Begitu banyak petualang Barat berupaya menemukan kepulauan yang bagaikan surga di dunia ini, yang kaya dengan pala, namun kami yang berjasa sukses menemukannya”. *). Usman Thalib [Ketua Umum Ikatan Kerukunan Masyarakat Banda (IKMB) Di Ambon].
Nikmati Beningnya Laut di Banda Neira

Kepulauan Banda Neira yang berada di provinsi Maluku ini dikenal memiliki obyek I bawah laut yang menakjubkan. Kepulauan ini tak lagi asing bagi penggemar wisata bahari, terutama mereka yang hobi menyelam dan snorkling. Daya tarik utama kepulauan ini adalah keindahan taman laut beserta keanekaragaman fauna dan flora yang hidup di dalamnya.

NERACA - Kepulauan Banda Neira juga memiliki berbagai lokasi wisata darat yang tak kalah memukau, terutama obyek wisata sejarah. Berbagai bangunan tua sisa peninggalan masa penjajahan Portugis dan Belanda masih kokoh dan terawat dengan baik.

Menyusun jalanan di Banda Naira, seolah membawa ana pada awal tahun 1900-an dengan jalanan kotanya yang relatif sempit dan sepi dari lalu lalang kendaraan roda empat. Sempitnya jalanan kota yang hanya memiliki lebar sekitar empat meter ditambah teduhnya pepohonan besar di beberapa bagian jalan membuat suasana kota kecil yang asri di awal abad XX masih terasa.

Permukiman padat yang menandakan perubahan zaman terletak di daerah-daerah baru maupun tempat yang sejak dulu terkenal sebagai pusat kegiatan ekonomi, seperti Kampung China dan Kampung Baru. Di tempat itulah berdiri pasar, sekolah maupun perumahan warga lainnya. Bangunan cagar budaya umumnya terletak di Kampung Ratu yang berpusat di sekitar Benteng Belgica dan Istana Mini. Di sekitar tempat tersebut masih banyak berdiri rumah-rumah kuno yang besar.

Salah satu bangunan tua yang terawat baik adalah Kantor Polisi Sektor Pulau-pulau Banda. Meskipun namanya kantor polisi, bangunannya sama sekali tidak menunjukkan seperti umumnya kantor polisi. Arsitektur bangunan tetap dipertahankan, hanya warna-warna tulisan yang mencolok membuat gedung tua itu terlihat semarak.

Banda Neira dibangun oleh Portugis pada awal abad XVI, yang kemudian dikembangkan oleh Belanda. Belanda mengembangkan Banda Neira sebagai kota yang bergaya Eropa, seperti pelabuhan, perkebunan pala, permukiman warga Belanda dan kantor pimpinan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Companie) pun dibangun dengan gaya arsitektur Belanda.

Banda Neira juga dijadikan sebagai tempat buangan para pejuang kemerdekaan. Selain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, tokoh lain yang pernah diasingkan di Banda Naira adalah dr Cipto Mangunkusumo (1928), Iwa Kusumasumantri (1930) serta sejumlah anggota Sjarikat Islam (Sl) yang dibuang sebagai hukuman karena melakukan pemberontakan.

Rumah-rumah yang dijadikan tempat pengasingan para tokoh-tokoh tersebut masih terawat dengan baik. Demikian pula dengan berbagai perabotan rumah tangga, peralatan kerja dan foto-foto tua. Meskipun rumah-rumah yang pernah ditinggali para pejuang tersebut dihuni oleh orang lain, anda bisa bebas menikmati dan melihat-lihat peninggalan yang ada.

Di rumah Bung Hatta yang sudah dipugar pada tahun 1981-1983, anda bisa mengikuti jejak perjalanan Buang Hatta selama diasingkan di Banda Naira antara tahun 1936 dan 1942. Benda-benda yang pernah digunakan Bung Hatta, seperti pakaian, kopiah, kacamata, mesin ketik tempo dulu, hingga perlengkapan rumah tangga, seperti kursi tamu, lemari makan, dan tempat tidur masih tertata rapi, demikian juga foto-foto Bung Hatta dan keluarga, terpampang rapi di setiap ruangan rumah.

Pada bagian belakang rumah terdapat bangku-bangku sekolah yang digunakan Bung Hatta untuk mengajari anak-anak Banda dalam hal tulis-menulis, memba-
ca, aritmatika dan bahasa Inggris. Semua pelajaran diajarkan dalam bahasa Belanda. Di dekat lokasi bangku sekolah tersebut terdapat sebuah gentong besar yang digunakan Bung Hatta untuk menampung air hujan sebagai sumber air minum.

Kondisi serupa juga terdapat di rumah tempat pengasingan Sutan Sjahrir dan dr Cipto Mangunkusumo. Sejumlah barang peninggalan mereka selama diasingkan di Banda Naira masih terawat dan tertata baik. Bentuk dan arsitektur asli bagunan tetap dipertahankan dan menjadi daya tarik tersendiri. Jendela-jendela rumah yang berukuran besar, tiang-tiang penyangga rumah berbentuk bulat dan langit-langit rumah yang tinggi memberikan kesan rumah yang kokoh dan megah.

Tak jauh dari rumah dr Cipto Mangunkusumo, terdapat Istana Mini. Pada abad XVIII Istana Mini tersebut dijadikan tempat tinggal dan kantor Gubernur VOC Kini istana tersebut kosong melompong, setelah penghuninya yang terakhir, yaitu Camat Banda, pindah ke rumah dinas yang baru.

Di gedung besar ini, sejumlah guratan sejarah masih membekas dan dibiarkan apa adanya, seperti lubang bekas tembakan meriam dan surat seorang tentara Portugis. Lubang tembakan meriam dengan kedalaman puluhan sentimeter itu berasal dari tembakan meriam dari arah Teluk Banda dan terletak pada dinding belakang ruang utama. Sedangkan surat seorang tentara Portugis sebelum mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di gedung tersebut diguratkan pada kaca jendela depan sebelah kanan gedung.

Di samping kanan Istana Mini terdapat sebuah baileo atau ruang pertemuan yang biasa dipergunakan masyarakat Banda untuk mengadakan rapat atau tempat menyambut tamu penting. Semasa penjajahan Belanda, gedung tersebut dikenal dengan sebutan Gedung Societeit yang digunakan oleh orang-orang Belanda pemilik perkebunan sebagai klub untuk minum-minum dan bermain bridge.

Benteng Belgica adalah bangunan bersejarah lain di Banda. Benteng berbentuk segi lima ini terletak di atas perbukitan barat daya Pulau Banda. Pada setiap sisi benteng terdapat sebuah menara. Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dengan posisi nyaris tegak dan lubang keluar yang sempit.Dari puncak menara,anda bisa
menikmati panorama sebagian daerah Kepulauan Banda, mulai dari birunya perairan Teluk Banda, puncak Gunung Api yang menjulang, sampai rimbunnya pohon pala di Pulau Banda Besar.Benteng Belgica merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun pada tahun 1602 hingga tahun 1611. Di bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka luas untuk para tahanan. Di tengah ruang terbuka tersebut terdapat dua buah sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.

Untuk menikmati berbagai obyek wisata di Banda, anda dapat melakukannya sendiri maupun mengikuti paket-paket wisata yang ditawarkan oleh pengusaha hotel maupun penginapan. Sebagian besar paket yang disediakan berupa paket menyelam ataupun snorkling. Selain itu, terdapat kegiatan agrowisata ke kebun pala maupun mendaki Gunung Api. lir/dbs
Entitas terkaitArsitektur | Banda | Bangunan | Belanda | Benteng | Bentuk | Bung | Camat | Cipto | Daya | Gunung | Istana | Kampung | Kepulauan | Kondisi | Lubang | Maluku | Menyusun | NERACA | Permukiman | Portugis | Pulau | Sebagian | Semasa | Sempitnya | Sutan | Teluk | VOC | XX | Banda Naira | Banda Neira | Benteng Belgica | Benteng Nassau | Buang Hatta | Bung Hatta | Cipto Mangunkusumo | Gedung Societeit | Gunung Api | Istana Mini | Iwa Kusumasumantri | Kampung China | Kampung Ratu | Pulau Banda | Sjarikat Islam | Sutan Sjahrir | Teluk Banda | Gubernur VOC Kini | Kantor Polisi Sektor | Kepulauan Banda Neira | Nikmati Beningnya Laut | Selain Mohammad Hatta | Vereenigde Oost Indiesche | XVIII Istana Mini |
Ringkasan Artikel Ini
Selain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, tokoh lain yang pernah diasingkan di Banda Naira adalah dr Cipto Mangunkusumo (1928), Iwa Kusumasumantri (1930) serta sejumlah anggota Sjarikat Islam (Sl) yang dibuang sebagai hukuman karena melakukan pemberontakan. Di rumah Bung Hatta yang sudah dipugar pada tahun 1981-1983, anda bisa mengikuti jejak perjalanan Buang Hatta selama diasingkan di Banda Naira antara tahun 1936 dan 1942. Jendela-jendela rumah yang berukuran besar, tiang-tiang penyangga rumah berbentuk bulat dan langit-langit rumah yang tinggi memberikan kesan rumah yang kokoh dan megah. Pada abad XVIII Istana Mini tersebut dijadikan tempat tinggal dan kantor Gubernur VOC Kini istana tersebut kosong melompong, setelah penghuninya yang terakhir, yaitu Camat Banda, pindah ke rumah dinas yang baru. Dari puncak menara, anda bisa menikmati panorama sebagian daerah Kepulauan Banda, mulai dari birunya perairan Teluk Banda, puncak Gunung Api yang menjulang, sampai rimbunnya pohon pala di Pulau Banda Besar.Benteng Belgica merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun pada tahun 1602 hingga tahun 1611. Di tengah ruang terbuka tersebut terdapat dua buah sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.
BANDA NAIRA TEMPO DOLOE DALAM SEJARAH



banda-naira.blogspot.com