widgets
Untuk lebih Detil Klik >> Penawaran Produk dan Jasa

Ketika Bumi Dibagi, Banda Neira Terguncang

Ketika Bumi Dibagi, Banda Neira Terguncang
banda-naira.blogspot.com posted by Saiful Karmen

BANDA NEIRA – "Perebutan pulau-pulau ini diawali oleh perjanjian Tordesillas," demikian dijelaskan Pedro Gonzales, Duta Besar Meksiko untuk Indonesia. Kami sedang berada di bawah pohon kenari raksasa di Pulau Banda, Kabupaten Masohi, Provinsi Maluku. Pohon-pohon kenari itu memayungi tanaman pala yang berumur 3-5 tahun. Buahnya sudah merebak.Pedro Gonzales menepis halus komentar santai Des Alwi bahwa buah pala yang menjadikan pertempuran-pertempuran antarbangsa Barat di Banda Neira. Pala memang yang dicari oleh orang Barat pada abad 16 ke perairan Maluku. Mereka juga memperebutkan benteng yang menjamin kekuasaan mereka atas kebun-kebun pala. Tapi mereka ketemu di Banda Neira itu, yang disampaikan Pedro Gonzales, karena yang satu bergerak ke timur lainnya ke barat. Dan pertemuannya di Laut Banda.Perjanjian Tordesillas dibuat pada 1494 antara Spanyol dengan Portugal. "Pada masa itu penguasa dunia adalah Spanyol," tambah Duta Besar yang memperkenalkan dirinya dengan Pedro saja itu. Kedua negara adidaya itu membagi bumi dalam wilayah non-Kristen menjadi dua. Perjanjian ini mengikuti ketetapan Paus Alexander VI tahun sebelumnya bahwa garis demarkasi mengikuti lingkaran lintang pada 100 liga dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi.Pembagian ini memberikan Dunia Baru, yang sekarang disebut Benua Amerika itu kepada Spanyol dan Afrika serta India kepada Portugal. Perjanjian yang disepakati di kota Tordesillas (Castile) pada 7 Juni menggeser garis demarkasinya Paus Alexander VI ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugal, dan eksplorasi bangsa Barat ke arah timur, mencari kepulauan Nusantara kita pun jadi terbagi. Spanyol berlayar ke barat, dan orang Portugis ke timur.Dan keduanya bertemu di Maluku. Jika dua kekuatan berjumpa tepat di tempat mereka hendak menancapkan kekuasaan pasti saja mereka bertikai. Tapi, tidak kali ini. Setahun kemudian pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian, atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, kalau masa kini berada di sekitar Guam.Masalahnya, Ferdinand de Magellan atau dalam bahasanya Fernando de Magelhaes berlayar dari Sevilla, Spanyol pada 10 Agustus 1519. Anak Portugis yang mengabdi pada Raja Spanyol ini berhasil memutar melewati tanjung yang penuh badai di ujung Amerika Selatan. Terus ia dengan gagah menyeberangi Samudera Pasifik hingga sampai di Maluku dan kepulauan ini diklaimnya bagi Kerajaan Spanyol setelah kepulangan ekspedisi 1522.Sebelumnya kapten Antonio D’Abreau pada 1512 ke Banda dari Malacca dikirim oleh D’Albuquerque bagi kejayaan Portugal. Banyak Benteng Masuknya kekuatan lain dalam perebutan daerah kolonial bisa disarikan dari komentar Francis I dari Prancis yang menuntut kekuatan-kekuatan adidaya masa lalu yang saat itu mulai melemah. Ia meminta ditunjukkan surat wasiat dari Nabi Adam bahwa Prancis tidak berhak atas Dunia Baru. Jadilah Prancis, Inggris, Belanda, Jerman semua ikut nimbrung mencerabut daerah di luar Eropa. Itu makanya di kepulauan Banda Neira yang sekarang berstatus kecamatan banyak terdapat benteng. Di Pulau Neira saja ada benteng Nassau yang dibuat Portugal dan benteng Belgica yang dibuat Belanda. Di Pulau Ay pun ada benteng Revenge (dendam) dan masih ada benteng Holandia di Pulau Banda Besar. Masih ada lagi benteng Concordia di kampung Waer. Dagang adalah perang nampaknya sudah jadi pandangan bahkan pada masa kolonial. Dan di Banda pun konflik yang berawal dari klaim Magellan yang menyusul tibanya D’Abreau, diselesaikan dengan 350 ribu dukat emas dari Portugal ke Spanyol. Setelahnya pun Pulau Run di Banda ditukar oleh Belanda pada Inggris dengan Pulau Nieuwe Amsterdam yang sekarang dikenal dengan kawasan Manhattan di New York, salah satu properti termahal di dunia masa kini. Namun pada masa itu Pulau Run, adalah properti termahal karena kekuasaan Belanda atas rempah-rempah Banda jadi mapan. Sedangkan cara kekerasan sampai sekarang pun masih terlihat di Banda Neira. Yang terakhir adalah akibat konflik bernuansa agama, antara Kristen dan Islam yang jadi limpahan dari Ambon. Gereja tertua di Banda yang didirikan tahun 1670 dijarah habis. Sementara klenteng di tengah Kampung Cina dekat pelabuhan masih utuh. "Untung tidak dirobohkan, hanya dijarah," begitu ucap Des Alwi ringan. Sisa kekerasan pun masih tampak dengan rumah-rumah yang rusak rimbun semak-semak. Hidayat, warga Banda yang tinggal dekat benteng Belgica, menjelaskan bahwa orang-orang Kristen mengungsi dari Banda Neira. Ia pun yang profesinya menjadi pemandu sedang berencana September mendatang pindah ke Belanda. "Dulu seminggu pesawat masuk tiga kali, sekarang hanya tiap Selasa saja," ujarnya mengilustrasikan sepinya wisatawan di Banda Neira. Ia jelaskan, ia dulu pernah kerja di Hotel Maulana, milik Des Alwi, dan di sana diberi pelajaran bahasa Belanda dan Prancis oleh staf hotel yang warga negara asing. Dari sini Dayat, begitu panggilannya, memiliki banyak teman orang asing, dan ia pun sempat tinggal sebentar di Belanda. "Dulu masih belum siap," jelas dia. Sekarang setelah lama tanpa kerja dan mencoba di Bali hingga balik lagi untuk sore-sore menikmati awan lembayung di atas dinding benteng Belgica, ia memastikan pindah ke Belanda. Di benteng yang dibangun ulang itu kami bertemu.
Mungkin juga Des Alwi yang lebih tepat dibanding Pedro. Buah pala jika telah matang merekah dan belah. Bagian dalamnya yang merah menyembul di antara kulit berwarna kuning. Belahan itu, buah yang bulat, ini seperti pembagian bumi dalam konsep para penguasa dunia dari berbagai masa. Yang keluar warnanya merah seperti darah mengalir. Bisa jadi pala memang penyebabnya. Entahlah. posted by kutipan :wisatabahari.cc

0 komentar:

Post a Comment

Tanggapannya Gan..?